
Mranggen, 26 Juli 2025 — Inovasi teknologi pertanian kini semakin menjangkau wilayah pedesaan, salah satunya melalui alat penanam jagung manual yang diperkenalkan di Desa Menur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Alat ini hadir sebagai solusi atas tantangan efisiensi dan ketergantungan terhadap tenaga kerja dalam proses penanaman jagung.
Mahasiswa KKN Tim 62 Kelompok B Universitas Diponegoro turut membantu dalam kegiatan penanaman jagung bersama kelompok tani setempat. Selama kegiatan berlangsung, kami mengidentifikasi kebutuhan akan alat bantu tanam yang lebih praktis dan efisien. Menanggapi hal tersebut, tim KKN mengembangkan alat penanam jagung manual yang mampu mempercepat proses tanam dengan akurasi jarak antar benih yang seragam, serta mengurangi beban fisik petani.
Alat ini tidak memerlukan bahan bakar atau listrik, sehingga selain hemat biaya operasional, juga mendukung prinsip pertanian ramah lingkungan. Uji coba di lahan pertanian Desa Menur menunjukkan hasil signifikan: waktu tanam di lahan seluas satu hektar dapat dipangkas hingga kurang dari dua jam, dengan susunan tanam yang lebih teratur.
Konsistensi jarak tanam yang dihasilkan turut menunjang pertumbuhan jagung secara optimal, karena tanaman tidak saling berebut nutrisi, cahaya, dan ruang tumbuh. Hasil panen pun diproyeksikan meningkat. Selain itu, penggunaan alat ini tidak menimbulkan polusi udara, mendukung kualitas lingkungan yang tetap terjaga.
Pengurus RT, RW, dan para petani menyambut baik inovasi ini. Mereka menilai alat tanam sederhana namun efektif ini sebagai jembatan antara metode bertani tradisional dengan tuntutan modernisasi yang berkelanjutan. Inovasi seperti ini dinilai sangat relevan untuk mendukung petani kecil dan menengah dalam meningkatkan produktivitas secara mandiri.
Di tengah meningkatnya kebutuhan pangan nasional dan kerusakan lingkungan, penggunaan alat penanam jagung menjadi cara nyata untuk membantu mewujudkan pertanian yang lebih produktif dan ramah lingkungan. Diharapkan, inovasi ini dapat terus dikembangkan, didukung oleh sinergi antara petani, akademisi, dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem pertanian yang tangguh dan maju.